728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Haruskah Berbai'at? Bai'at Antara yang Sunnah dan yang Bid’ah

Bai’at Antara yang Sunnah dan yang Bid’ah

Berikut ini transkrip bahasan Syeikh Abul Hasan al Ma’ribi tentang baiat. Masalah ini beliau bahas ketika beliau memberikan pelajaran Mukhtashor Shahih al Bukhari. Rekaman kajian ini ada pada kami tepatnya di rekaman nomor dua pada menit 20:34-36:21


قال- رحمه الله- قوله “بايعوني” المبايعة عبارة عن المعاهدة سميت بذلك تشبيها بالمعاوضة المالية-يعني سميت المعاهدة مبايعة تشبيها بالمعاوضة المالية كالبيع و الشراء-كما في قوله تعالى ( إن الله اشترى من المؤمنين أنفسهم وأموالهم بأن لهم الجنة ) .

Ibnu Hajar rahimahullah -dalam Fathul Bari- mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mubaya’ah atau bai’at adalah saling mengikat janji. Saling mengikat janji disebut demikian dengan tujuan diserupakan dengan transaksi tukar menukar barang -seperti jual beli- sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dan surga itu untuk mereka”.

هذه بيعة صحيحة. و أحب أن أنبه وإن كان خارج موضوع الدرس. أن البيعات التي تتخذها كثير من الجماعات الإسلامية علي المنتسبين إليها أو الموالين لها أنها بيعة غير شرعية. و أن استدلالهم بعموم الأدلة الواردة في أن النبي-عليه الصلاة و السلام- كان يبايع أصحابه و منها هذا الحديث و غيره استدلال في غير موضعه.

Bai’at kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bai’at yang sah. Aku ingin mengingatkan satu hal meski hal tersebut di luar topik bahasan bahwa bai’at yang diadakan oleh berbagai kelompok terhadap orang-orang yang menisbatkan diri kepada kelompok tersebut dan orang-orang yang loyal dengannya adalah bai’at yang tidak dibenarkan oleh syariat. Dasar pijakan mereka adalah berdalil dengan dalil-dalil yang bersifat umum yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu membai’at para shahabatnya dan di antaranya adalah hadits yang kita kaji saat ini, namun ini adalah menggunakan dalil tidak pada tempatnya yang tepat.

فبيعة الصحابة للنبي- عليه الصلاة و السلام -بيعة للنبي المرسل ولوالي الأمر الممكن و حتى بيعتهم له قبل أن يمكن فلأنهم في مجتمع كافر وهذه فئة مؤمنة التى قال عنها النبي- عليه الصلاة و السلام-يوم بدر “اللهم إن تهلك هذه العصابة فلن تعبد في الأرض بعد اليوم”. هذه فئة مؤمنة في مجتمع كافر بايعوا نبيا مرسلا فلا غبار في ذلك.

Bai’at para shahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bai’at kepada seorang nabi yang sekaligus menjadi rasul di samping merupakan penguasa yang memiliki kedaulatan. Sedangkan bai’at para shahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau menjadi penguasa adalah dikarenakan mereka tinggal di tengah-tengah masyarakat kafir. Sekelopok manusia beriman inilah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam doakan pada saat perang Badar, “Ya Allah, jika kelompok ini kalah perang saat ini maka Engkau tidak akan pernah lagi disembah di muka bumi ini setelah hari ini”. Sehingga yang terjadi adalah bai’at sekelompok orang yang beriman yang hidup di tengah-tengah masyarakat kafir dan membai’at seorang nabi sekaligus rasul. Tidaklah diragukan bahwa hal ini diperbolehkan.

وأما أن يقاس على ذلك رجل غايته أن يكون عالما أو داعية أو صالحا في نفسه ثم يبرز نفسه للناس و يطلب منهم أن يبايعوه في وسط مجتمعات مسلمة و فئة مؤمنة فيختص هو و هذه الجماعة أو هذه العصابة أو هذه الطائفة دون بقية الناس بأنواع من الولاء و أنواع من المحبة و أنواع من الوصل و العطاء إلي غير ذلك ثم يترتب علي ذلك أمور أخري سأذكرها أيضا-إن شاء الله-. القياس بعيد, قياس مع الفارق. وليس فيه اتباعا للنبي- عليه الصلاة و السلام-. هذا الأمر الأول.

Sedangkan menyamakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang yang paling banter adalah seorang ulama, dai atau orang sholih yang menampilkan dirinya di hadapan banyak orang lalu meminta mereka agar membai’atnya di tengah-tengah masyarakat muslim dan mukmin. Setelah itu, dirinya dan anggota kelompoknya memiliki loyalitas, kecintaan, hubungan dan pemberian serta yang lainnya yang bersifat khusus dan tidak diberikan kepada orang di luar kelompoknya. Kemudian muncul dampak-dampak lain yang akan kami sebutkan. Analog dalam hal ini adalah analog yang tidak tepat karena menyamakan dua hal yang berbeda. Perbuatan ini tidaklah mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini alasan yang pertama.

الأمر الثاني: لو سلمنا بأن البيعة في أصلها جائزة فما حصل مع هذه البيعة من منكرات و محظورات تجعلنا نقول أنها غير جائزة.فالبيعة التي تؤدي إلي تفريق المسلمين, لا يمكن أن تكون جائزة. فإن لك جماعة وأن لي جماعة ولك بيعة و لي بيعة. ما الذي يجعل بيعتك أولي من بيعتي؟ وإذا جازت لي جازت لك. و إذا جازت لي ولك جازت لغيرنا. وعلي هذا يحصل التصادم و التناثر و التبعثر بين المسلمين.

Alasan yang kedua, andai kita terima bahwa pada asalnya bai’at semacam itu diperbolehkan maka karena menimbang adanya berbagai kemungkaran dan hal-hal terlarang yang muncul dari bai’at tersebut maka kita katakan bahwa itu adalah bai’at yang tidak diperbolehkan. Bai’at yang menyebabkan perpecahan kaum muslimin tidak mungkin hukumnya diperbolehkan. Bai’at semacam ini menyebabkan saya memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok anda dan saya terikat dengan bai’at yang berbeda dengan bai’at yang mengikat anda. Atas dasar apa, kita katakan bahwa bai’at anda itu lebih layak untuk diikuti dari pada bai’at saya. Jika saya boleh terikat dengan suatu bai’at maka Anda pun boleh terikat dengan bai’at yang lain. Jika demikian itu boleh untuk kita, tentu juga boleh untuk selain kita. Dengan demikian maka akan terjadilah pertikaian, perpecahan dan permusuhan di antara kaum muslimin.

فإننا إذا أجزنا البيعة لأحد أجزناها لغيره, مثله أو دونه أو فوقه. ما الذي يمنع؟ ما الدليل الذي يحصر جوازها في شخص دون آخر؟ فعلي هذا نحن سنسعي إلي تفريق كلمة الأمة. لأن كل المجعوعة ستعصب لنفسها (و) ستحزب لنفسها و يحصل بينهم ولاءات معينة و علاقات معينة. هذه الولاءات لا تعطى لمجموعة آخري. يؤدي هذا إلي تفرق الكلمة و تعميق الجرح الذي ينـزف من دماء المسلمين ومن أخوتهم و من إيمانهم حتى وصلوا إلى ما وصلوا إليه. تفرقوا دولا. تفرقوا شعوبا. تفرقوا جماعات. تفرقوا طرائق و علماء. الأمر الذي وصل إلي مالا تحمد عقباه.

Jika kita katakan boleh membaiat A tentu juga kita bolehkan membaiat B dan seterusnya baik B itu selevel, lebih rendah ataupun lebih tinggi dari pada A dalam masalah agama. Apa dalil yang melarang untuk membai’at B? Apa dalil yang membatasi bolehnya bai’at hanya pada individu tertentu? Dengan hal ini, maka berarti kita berupaya untuk merusak persatuan kaum muslimin. Masing-masing kelompok akan fanatik dengan kelompoknya masing-masing. Ada loyalitas dan hubungan tertentu yang terjadi pada orang-orang yang satu kelompok. Loyalitas semacam ini tidak akan diberikan kepada kelompok yang lain. Hal ini hanya akan menimbulkan perpecahan dan memperdalam luka yang telah mengoyak kaum muslimin sehingga menghabiskan darah kaum muslimin, persaudaraan dan keimanan mereka sehingga kaum muslimin mengalami apa yang saat ini mereka alami. Mereka terpecah belah karena faktor negara, bangsa, kelompok dakwah, tarekat sufi dan ulama (baca: mazhab fiqh). Dampak dari ini semua adalah suatu hal yang tentu tidak kita harapkan.

حتى لو قلنا أن الأصل في ذلك الجواز فلا يمكن أن نجيز مع هذه الحالات. لا يمكن أن نجيز مع هذه الفرقة المفضية إلى ضعف الكلمة و وهن الصفوف و نزع الهيـبة. نسأل الله العفو و العافية.

Jadi andai kita katakan bahwa pada asalnya bai’at semacam ini diperbolehkan maka menimbang adanya berbagai hal ini di antaranya adalah perpecahan maka tidak mungkin kita perbolehkan. Perpecahan hanya menyebabkan lemahnya persatuan, rapuhnya barisan dan hilangnya wibawa ummat. Moga Allah menyelamatkan dan memaafkan kita.

أيضا رأينا من المحذورات التى تبعت هذه البيعة أنها وسيلة للضغط على الأتباع. فإذا أراد أحد أن يخرج بعد أن علم الحق و بان له أن هذا الطريق غير صحيح و أن الأولي أن يسلك طريقا آخر مع عالم آخر أو مع طائفة آخرى فإنه يهدد بالبيعة و يخاطب بها. و يؤتي له بالأحاديث الواردة في نقض العقود و نقض المواثيق و غير ذلك من المخاطر التابعة أو الناجمة عن نقض هذه البيعة. فعندما يسمع هذه النصوص يبقي فيما هو فيه و إن كان غير مقتنع بأنه حق.
أصبحت هذه البيعة حائلا بين كثير من الناس و اتباع الحق. عمقت الفرقة. حالت بين كثير من الناس وبين اتباع الحق
.

Di samping perpecahan, di antara dampak buruk yang ditimbulkan oleh bai’at ini adalah bai’at itu dijadikan sebagai sarana untuk menekan para anggota kelompok. Jika ada anggota yang hendak meninggalkan suatu kelompok setelah dia mengetahui kebenaran dan setelah sadar bahwa jalan yang selama ini ditempuh itu bukanlah jalan yang benar sehingga yang lebih baik adalah meniti jalan lain bersama guru yang berbeda atau kelompok yang berbeda maka orang tersebut akan diancam dan ditakut-takuti dengan bai’at yang pernah dia berikan kepada kelompok tersebut. Berbagai hadits tentang dampak dari membatalkan bai’at akan disampaikan kepada orang tersebut, di samping berbagai resiko yang akan terjadi disebabkan membatalkan bai’at. Ketika orang tersebut mendengar dalil-dalil tersebut maka akhirnya dia akan memilih untuk tetap bertahan dalam kelompok tersebut meski dia sebenarnya tidak yakin kalau kelompoknya adalah kelompok yang benar. Jadilah bai’at ini penghalang banyak orang untuk mengikuti kebenaran. Dengan baiat-baiat ini perpecahan semakin parah dan banyak orang yang terhalangi untuk mengikuti kebenaran.

أيضا هذه البيعة حرمت كثيرا من الناس أو من الأتباع من معرفة الخير الذي عند الآخرين. فأنت في جماعة تحصر علي منظريها و تحصر علي علمائها و دعاتها. تأخذ عنه. و الآخرون يشوهون أمامك. يطعن في أعراض الآخرين و يستجاز ذلك و يستباح بسبب مصلحة الدعوة- كما يزعمون-. فأنت عندما تعاب على أن الآخرين عملاء و منافقون و مداهنون و باعوا دينهم بيعا رخيصا. عندما تعاب على أن الآخرين هم أعين الكفار و هم أيديهم و هم أصواتهم التى يضربون بها المسلمين. عندما تعاب الآخر هذا الاقتراب منه اقتراب من حافة جهنم. فأنت-لا شك-أنك ستبتعد عن هذا العالم و ستبتعد عن هذه الطريقة. و لا تستيفيد من خير عندها. فتبقي في دائرة واحدة.

Dampak buruk yang ketiga adalah bai’at-bai’at ini berhasil mencegah banyak orang atau banyak anggota suatu kelompok untuk mengetahui kebaikan yang ada pada kelompok yang lain. Anda berada dalam suatu kelompok sehingga anda dibatasi untuk terikat dengan para pembina kelompoknya, ulama dan para juru dakwah yang ada dalam kelompoknya saja. Anda hanya boleh belajar agama kepada mereka. Sedangkan kelompok yang lain dihabisi dan kehormatan mereka dinodai. Ini semua diperbolehkan demi kepentingan dakwah. Demikian anggapan mereka.

Disampaikan kepada Anda bahwa orang-orang yang ada dalam kelompok lain adalah para antek penguasa, munafik, basa-basi dalam masalah agama dan menjual agama dengan harga yang sangat murah. Disampaikan kepada Anda bahwa orang-orang di luar kelompoknya itu mata-mata orang kafir, alat dan corong orang kafir untuk menggilas kaum muslimin. Jika demikian yang anda dapatkan tentu Anda akan menjauhi ulama dan metode lain dalam beragama yang dimaksudkan. Anda tidak akan bisa mengambil kebaikan yang ada pada kelompok lain. Jadinya anda terkurung dalam satu wadah saja.

وقد كان السلف يذهبون إلى مشايخ في المشارق و المغارب و يسمعون من جميع العلماء. هذا يأخذون منه الفقه و هذا الحديث و هذا يأخذون منه القرآن. وذاك اللغة و ذاك التاريخ. وذاك كذا و ذاك كذا.

Dahulu salaf belajar kepada berbagai ulama yang ada di berbagai belahan dunia. Mereka belajar dengan semua ulama yang ada. Dari ulama A belajar fiqih. Dengan ulama B belajar hadits. Dari ulama C belajar al Qur’an. Dari D belajar bahasa Arab. Dari E belajar sejarah dan seterusnya dan seterusnya.

وكل عالم يجلس عنده طالب يستفيد منه فوائد. هذا يستفيد في سعة العلم و هذا يستفيد في قوة الحجة و المناظرة. وذاك يستفيد في الصدع بالحق و الثبات عليه. وقد يستفيد في العبادة و الإخبات و الخشوع لله عز و جل. و ذاك يستفيد منه في الزهد و ذاك في الكرم و ذاك في كذا.

Semua murid yang belajar pada seorang guru akan terkesan dalam hal yang berbeda-beda. Ada yang terkesan dengan keluasan ilmunya. Ada yang terkesan dengan kekuatan dalam berargumen ketika berdiskusi. Ada yang terkesan dengan sikap terus terang mengatakan kebenaran dan tegar membela kebenaran. Ada juga yang terkesan dengan ibadah dan kekhusyuan sang guru kepada Allah. Yang lain terkesan dengan zuhudnya. Ada yang terkesan dengan kedermawanan dan sebagainya.

فعندما يكون أبناء المسلمين يطوفون على مشايخ و على علماء تتزن شخصيته (و) تتزن عقليته (و) تتزن أفهامه. يأخذون من هذا كذا و من ذاك كذا ومن ذاك كذا من العلوم و من الأخلاق و من أشياء التى تقوي شخصيته.

Saat generasi muda Islam belajar kepada berbagai ulama maka mereka memiliki kepribadian, daya intelektual dan pemahaman yang bagus. Dari guru yang pertama terkesan dengan ini dan itu yang ada pada guru tersebut. Sehingga seorang pelajar agama mendapatkan berbagai ilmu dan akhlak dan hal-hal lain yang mendukung pembentukan kepribadiannya.

يحرم أتباع هذه الجماعات من هذا. أنه يقال لا تأخذ من فلان!! لا تأخذ من فلان!!خذ من فلان و فلان!!يبقي محصورا على ما عند فلان. فإن كان من حظه حسن أن الذي حصر عليه أهل خير استفاد منه. و إن كان من حظه سيء أنه ليس كذلك ما له إلا الذي عنده.
إذا إن البيعة هذه نفرته عمن كان من الممكن أن يكون بابا إلى الجنة, بابا إلى مكارم, بابا إلى خير
.

Para anggota kelompok tersebut tidak bisa mendapatkan hal ini. Setiap anggota didoktrin agar tidak belajar agama A atau B dan hanya boleh belajar kepada C. Akhirnya orang ini hanya mendapatkan ilmu dari guru tertentu saja. Jika dia orang yang beruntung dia mendapatkan guru yang baik, dia bisa mendapatkan banyak manfaat. Jika dia bukan manusia yang beruntung maka nasibnya berbeda. Sehingga di antara bahaya bai’at semacam ini adalah menyebabkan seseorang itu menjauhi seorang yang akan menjadi pintu baginya menuju surga, pintu menuju hal-hal mulia dan pintu menuju kebaikan.

كذلك, هذه البيعة كان لها أثرها الكبير في الفتنة حتى بين أهل هذه البيعة الواحدة. فينشأ عند رجل فكرة فلا يجد من يشفي غليله فيها و يطالب بالسكوت و يقال له “من اعترض انطرد” ويهدد: أنت أفضل من فلان و أعلم و يفعل غير ذلك. فتبقي الفكرة تختمر في ذهنه و في قلبه و تطور يوما بعد يوم ولا يجد من ينفعه و يفيده. فإما أن يفجر مشكلة مع هؤلاء و إما يسحب بكلية و يترك هؤلاء و ؤلاء. أما هؤلاء لأنه عرف ما عندهم و أما هؤلاء لإنه قد حذر منهم و اقتنع بأنهم لا يقترب منهم من قريب و لا من بعيد. الأمر الذي يؤدي في النهاية ربما إلى الانتكاسة

Dampak buruk yang keempat, bai’at semacam ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi timbulnya berbagai problem bahkan di antara sesama anggota dalam satu kelompok. Ada salah satu anggota yang memiliki suatu pemikiran (boleh jadi bersifat kritikan, pent) namun dia tidak menjumpai orang yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan dia diharuskan untuk diam dan mendapatkan ancaman, ‘siapa yang ngeyel pasti akan didepak’. Dia juga ditakut-takuti, ‘apakah kamu ini lebih baik dan lebih pintar dari pada A’ (pada kenyataannya si A tidak pernah mempermasalahkannya, pent). Dia juga mendapat perlakuan yang lain.

Akhirnya pemikiran tersebut hanya tersimpan dalam benaknya dan terus berkembang seiring berjalannya waktu karena tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Sehingga dia dihadapkan pada dua pilihan antara membuat masalah dengan kelompoknya sendiri atau menarik diri dari dunia dakwah secara total tidak lagi bersama kelompoknya namun juga tidak bersama yang lain.
Tidak lagi bersama kelompoknya karena dia telah mengetahui borok kelompoknya. Tidak juga bersama yang lain karena dia telah diingatkan oleh kelompoknya tentang borok yang ada pada kelompok di luar kelompoknya yang dulu. Dia juga sudah yakin tentang tidak bolehnya mendekati kelompok-kelompok yang lain. Hal ini boleh jadi menyebabkan dirinya menjadi berbalik (menjadi orang awam lagi, pent).

هذه البيعة أصبحت حجرا أطرا و حائلا بين الناس و بين كثير من وجوه الخير. كيف يقال بعد هذا أنها كبيعة الرسول و الصحابة, كبيعة الرسول- لما قال “بايعوني على كذا و كذا”. فرق كبير ينبغي أن يوضع الاستدلال في موضعه

Nyata sudah, bahwa bai’at-bai’at semacam ini menjadi batu penghambat dan tirai yang menghalangi banyak orang untuk mendapatkan berbagai kebaikan. Setelah penjelasan di atas, bagaimana mungkin kita katakan bahwa baiat semacam ini semisal dengan bai’at Rasul dengan para shahabat, sebagaimana bai’at Rasul tatkala berkata kepada para shahabat, “bai’atlah aku untuk demikian dan demikian”. Terdapat perbedaan yang sangat di antara dua baiat ini. Sepatutnya kita letakkan dalil pada tempatnya yang tepat.

عندما يقال إن النبي-عليه الصلاة و السلام-قد شرع الإمارة في الاجتماع القليل الطارئ في السفر فمن باب الأولي أن يكون ذلك في الاجتماع العظيم المستقر نقول:نعم, لكن في موضعه و في بابه. في السفر نعم. أما إذا كنا مستقرين فلماذا؟ إذا كنا مستقرين فالناس يرجعون إلى والي أمرهم. هناك والي الأمر. الناس يسمعون و يطيعون. فإذا خرجنا في فلاة من الأرض فيكون لنا أمير يأمرنا و ينهانا فإذا استقررنا في مصر من الأمصار أصبحنا نتبع ما يقوله والي هذه البلدة. فقياسات في غير موضعها و نصوص توضع في غير موضعها

Jika ada yang beralasan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan pengangkatan pemimpin dalam sebuah perkumpulan orang yang jumlahnya sedikit dan berkumpul karena sebuah keperluan yaitu bepergian jauh maka tentu lebih layak lagi adanya pemimpin dalam perkumpulan yang besar dan terus menerus.

Kami katakan, memang namun masalah ini harus kita letakkan pada posisi yang tepat. Mengangkat pemimpin untuk sebuah rombongan orang yang mengadakan perjalanan jauh memang benar. Namun jika sudah tidak lagi bepergian, mengapa masih ada pengangkatan pemimpin? Jika tidak dalam kondisi bepergian, maka yang dijadikan acuan adalah aturan penguasa yang ada. Dalam kondisi ini, ada penguasa. Masyarakat pun mendengar dan taat dengan aturan penguasa. Nah, ketika kita bepergian baru kita memiliki pmimpin sementara yang mengatur kita selama dalam perjalanan. Sedangkan ketika kita berdomisili di suatu tempat maka kita mengikuti peraturan penguasa di daerah itu. Dalil di atas adalah analog yang tidak tepat dan dalil yang dipahami secara tidak tepat.

فأنتم طلبة العلم فقط تأخذون العلم, تستفيدون منه و تـنتفعون بالعلم. لا تشتغلون أنفسكم بالتكتلات. لا تشتغلون أنفسكم بتجمعات ضيقة. فلتكن آفاقكم واسعة. الخير من أي إنسان خذوه. والشر من أي إنسان دعوه. تربوا على علم نافع لتعرفوا على الحق. اعرف الحق تعرف رجاله. لا تعرف الحق بالرجال ولكن اعرف الحق تعرف رجاله. فإذا عرفتم الحق فخذوه من أي جماعات ومن أي طائفة و من أي عالم. و إذا عرفتم الباطل فاحذروا منه من أقرب الناس إليكم فضلا عن البعيد. و تعاونوا على البر و التقوى

Kalian adalah para penuntut ilmu. Kewajiban kalian hanyalah belajar dan mengamalkan ilmu yang telah didapat. Jangan sibukkan diri kalian dengan kelompok-kelompok yang sempit. Hendaklah kalian memiliki cakrawala yang luas.

Ambillah kebaikan dari semua orang dan tinggalkan keburukan dari setiap orang. Didiklah diri kalian sendiri dengan ilmu yang manfaat sehingga kalian mengetahui kebenaran. Kenalilah kebenaran, tentu kalian akan bisa mengetahui para pembelanya. Jangan ukur kebenaran dengan person tertentu. Jika kalian benar-benar mengetahui adanya sebuah kebenaran maka ambillah dari kelompok manapun dan ulama manapun. Jika kalian mengetahui adanya sebuah kebatilan maka jauhilah meski itu dikatakan oleh orang yang kita cintai, terlebih lagi jika selainnya. Hendaknya kalian saling tolong menolong dalam melakukan kebaikan.

في الحقيقة يحصل الإفراط و التفريط. إما البيعة تمسك الناس بهذا التى ذكرت قبل القليل. و إما الفوضى و الفلتة. كل يذهب حيث ولا وجهه. هذا غير صحيح, لا هذا ولا ذاك.
أراد أصحاب البيعة أن يضبط العمل و أن يوجهه توجيحا صحيحا فسلكوا وسيلة خاطئة. و أراد أصحاب الفوضى و الفلتة أن ينكروا هذا التحزب و هذا التكتل فسلكوا وسيلة خاطئة. و هي الفوضى و التفلت. ليس هذا و لا ذاك. لا هذا الطريق صحيح ولا ذاك صحيح

Sebenarnya dalam realita, terdapat sikap berlebih-lebihan dan sikap meremehkan. Ada fenomena bai’at untuk mengikat orang yang baru saja kita bahas. Ada juga kekacauan dan ketidakteraturan. Masing-masing orang berbuat sekehendaknya sendiri. Dua fenomena ini tidaklah benar baik yang pertama maupun yang kedua. Orang yang membuat-buat bai’at ingin meneraturkan kerja dakwah dan mengarahkannya dengan benar namun mereka menempuh jalan yang tidak benar. Sedangkan orang-orang yang memiliki fenomena ‘kekacauan’ sebenarnya ingin mengingkari fenomena kekelompokan namun mereka menempuh jalan yang keliru itulah kekacauan dan ketidakteraturan. Keduanya bukanlah jalan yang benar.

لا بد أن يكون أهل الحق متعاونين على البر و التقوي. لا بد أن يتناصروا. لا بد أن يعين بعضهم بعضا. وهذا لا بد فيه من الاجتماع ولكن يكون الاجتماع على وسيلة شرعية. و هذا هو السنة. ولذلك سموا أهل السنة و الجماعة. ما سموا باسم دون اسم, السنة و الجماعة. السنة في الاجتماع و الاجتماع في السنة. فعندما تتعاونون على البر و التقوي. تتعاونون على العلم و تتناصرون. يجتمع القادة في العمل و كبار الدعوة في المحافظة في المديرية, في الدولة, في العالم. و يتشاورون فيما بينهم, فيما يتعلق بالدعوة إلى غير ذلك. هذا الذي يرضي الله عز و جل

Pembela kebenaran haruslah tolong menolong dalam kebaikan, saling membela dan membantu. Untuk itu, harus ada perkumpulan namun perkumpulan dengan cara yang dibenarkan oleh syari’at. Inilah yang sesuai dengan sunnah. Oleh karena itu, para pembela kebenaran itu disebut ahli sunnah wal jamaah. Mereka tidak memiliki nama yang lain selain sunnah dan jamaah. Sunnah dalam berjamaah dan berjamaah (baca: bersatu) di atas sunnah. Saat kalian bekerja sama untuk melakukan kebaikan dan kalian saling tolong menolong dan saling membela dengan dasar ilmu, para senior dalam dakwah dan perjuangan dalam satu propinsi atau kabupaten atau negara atau dunia bisa berkumpul dan bermusyawarah membicarakan problematika dakwah dan yang lainnya. Inilah amal yang diridhoi oleh Allah.

وهنا السؤال؟ هل يمكن التعاون على البر و التقوي دون المبايعات هذه أو لا يمكن؟ هذا السؤال, يمكن أو لا يمكن؟ الجواب: يمكن. إذا ما نحتاج إليها. لو قيل: لا يمكن التعاون على البر و التقوي الا بها, قلنا: نعم. هي الوسيلة لا بد أن نعمل بها. لكن قد أثبت الواقع امكانية ذلك

Ada pertanyaan, “Apakah mungkin ada tolong menolong dalam kebaikan tanpa bai’at?” Jawabannya adalah mungkin. Jika demikian, kita tidak membutuhkan bai’at-bai’at semacam ini. Seandainya tidak mungkin tolong menolong dalam kebaikan kecuali dengan bai’at tentu akan kita katakan bahwa bai’at adalah sebuah sarana yang harus kita pakai. Akan tetapi realita membuktikan bahwa mungkin saja ada kerja sama dalam kebaikan tanpa baiat.

الشيخ ابن باز عالم. علمه منتشر في المشارق و المغارب. الشيخ ابن عثيمن كذلك. الشيخ الألباني كذلك. العلماء كثيرون في المشارق و المغارب. انتشر علومهم و انتفع الناس بهم. و تعاونوا فيما بينهم. و تواصلوا فيما بينهم. وكل منهم يكمل الآخر دون بيعة تجمعهم و دون عهد يربطهم. ولكن كل منهم حمل هم الدعوة ثم أدرك أن أخاه في جانب أخر أو في ثغر أخر هو يقوم ببعض ما أوجب الله عليه فحث عليه و رغب الناس في الاستفادة منه. فحصل التعاون و حصل الخير

Syeikh Ibnu Baz adalah seorang ulama yang ilmunya tersebar di seluruh penjuru dunia. Demikian pula, Syeikh Ibnu Utsaimin dan Syeikh Al Albani. Terdapat banyak ulama di seluruh belahan dunia. Ilmu mereka tersebar dan banyak orang yang mendapatkan manfaat dengan keberadaan mereka. Para ulama saling bekerja sama dan saling berhubungan. Sebagian mereka melengkapi apa yang telah dilakukan oleh pihak lain tanpa ada bai’at yang menyatukan mereka dan tanpa ada perjanjian yang mengikat mereka. Masing-masing mereka memikirkan dakwah kemudian memahami bahwa saudaranya menekuni suatu bidang yang dengan itu maka dia telah melakukan sebagian kewajiban yang Allah bebankan kepadanya. Setelah itu, pihak yang lain memotivasi saudaranya tersebut untuk terus melakukan apa yang telah dia lakukan dan dia semangati umat untuk mengambil manfaat dari saudaranya. Dengan ini, ada kerja sama dan terwujudlah banyak kebaikan.

ما يكون التعاون الا بالبيعة المبتدعة و لا يكون التعاون الا بالبيعة المحدثة, هذا غير صحيح. نحن لا نسلم بأنه لا يصح أو لا يمكن اتمام العمل الا بالبيعة. نحن لا نسلم بهذه المقدمة. لو سلمنا بهذه المقدمة لقلنا بوجوبها. نحن لا نسلم بهذه المقدمة و الواقع خير دليل علي ذلك

Tidaklah benar anggapan yang mengatakan bahwa kerja sama dalam kebaikan hanya bisa diwujudkan dengan adanya baiat yang bid’ah dan mengada-ada. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Kami tidak menerima asumsi bahwa usaha memperjuangkan Islam hanya bisa terwujud dengan bai’at. Sekali lagi, asumsi ini tidak kami terima. Andai asumsi ini kami terima tentu kita katakan bahwa bai’at semacam ini hukumnya wajib. Asumsi ini kami tolak dan realita adalah bukti paling kuat yang menunjukkan tidak benarnya hal ini.

ولكن صحيح هناك ما عكر و كدرهذا الواقع عندما وجد من بعض السلفيين المخاطر و تضييع للجهود أو بعض الجهود ولكن هذا لم يكن فقط بسبب أنهم ليسوا مبايعين, لم يكن بسبب أنهم تركوا البيعة ولكن هذا للنـزغ عندهم و الطيش. عندهم طيش لا يفقهون. حصل منهم هذا. ولو كانوا مبايعين و عندهم طيش لفعلوا هذا أيضا

Memang beralasan dengan realita ini memang kurang tepat ketika jumpai sejumlah salafi melakukan hal-hal yang bersifat gambling dan membuang-buang energi atau sedikit energi. Namun hal ini terjadi bukan hanya dikarenakan mereka tidak terikat dengan bai’at dan menolak bai’at-bai’at semacam ini. Yang tepat, faktor pokok terjadinya hal tersebut adalah godaan setan sehingga sembrono dalam bertindak. Orang-orang tersebut sembrono dan tidak memahami permasalahan dengan tepat. Inilah yang sebenarnya terjadi. Andai mereka terikat dengan baiat, namun sembrono tersebut masih ada pada diri mereka maka mereka tetap akan melakukan hal tersebut.

لكن من فقه هذا الدين فقها صحيحا يتعاونون على البر و التقوي دون هذه البيعة التي في بلاد الإسلام و التي تفرقوا المسلمين و تشتت جهودهم و تغير صدور بعضهم على بعض. و الحمد لله الذي عافانا من هذا. و نسأل الله أن يتم مسيرتنا جميعا على خير

Siapa saja yang memahami agama ini dengan baik tentu akan bisa bekerja sama dalam kebaikan tanpa ada bai’at semacam ini. Bai’at yang ada di dalam negeri Islam semacam ini hanya memecah belah kaum muslimin dan mencerai beraikan hasil jerih payah mereka serta memancing emosi pihak-pihak tertentu. Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kita dari hal ini. Kita memohon kepada Allah agar Allah menyempurnakan langkah-langkah kita dengan kebaikan.
___________
Sumber:  http://ustadzaris.com/bai%E2%80%99at-antara-yang-sunnah-dan-yang-bid%E2%80%99ah-2


Haruskah Semua Berbaiat?


وسئل: عن قوله صلى الله عليه وسلم: ” من مات وليس في عنقه بيعة، مات ميتة جاهلية

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ditanya tentang makna hadits “Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak ada ikatan baiat di lehernya maka dia mati sebagaimananya matinya orang jahiliyyah (yang tidak memiliki penguasa)”.

فأجاب: أرجو أنه لا يجب على كل إنسان المبايعة، وأنه إذا دخل تحت الطاعة وانقاد، ورأى أنه لا يجوز الخروج على الإمام، ولا معصيته في غير معصية الله، أن ذلك كاف،

Jawaban beliau, “Aku berharap bahwa berbaiat (secara langsung kepada penguasa, pent) bukanlah kewajiban orang. Sesungguhnya jika seorang itu telah masuk ke dalam ketaatan dan kepatuhan (kepada seorang penguasa, pent) dan dia berkeyakinan bahwa dia tidak boleh menentang dan memberontak kepada seorang penguas serta tidak boleh durhaka kepada aturan penguasa selama aturan tersebut tidaklah bernilai maksiat kepada Allah, maka itu sudah cukup baginya (sehingga tidak perlu berbaiat langsung, pent).

وإنما وصف صلى الله عليه وسلم ميتته بالميتة الجاهلية، لأن أهل الجاهلية كانوا يأنفون من الانقياد لواحد منهم، ولا يرضون بالدخول في طاعة واحد؛ فشبه حال من لم يدخل في جماعة المسلمين بحال أهل الجاهلية في هذا المعنى، والله أعلم.

Orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak memiliki ikatan baiat (sebagaimana penjelasan di atas) kematiannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut dengan kematian jahiliyyah karena orang-orang jahiliyyah mereka memiliki sifat khas yaitu sombong untuk patut kepada seorang pemimpin. Mereka tidak mau terikat dengan ketaatan kepada seorang pemimpin. Oleh karena itu, dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serupakan orang yang tidak mau masuk dalam jamaah kaum muslimin (di suatu negara dengan menyakini kewajiban taat kepada raja, presiden atau penguasa real di negara tersebut) sebagaimana orang-orang jahiliah dari sisi ini (bukan dari sisi kekafiran mereka sebagaimana akidah LDII, pent)

Sumber:  Al Duror al Saniyyah fi al Ajwibah al Najdiyyah juz 9 hal 11, cetakan ketujuh tahun 1425 H.

Catatan: Penjelasan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di atas mengandung bantahan terhadap dua pemahaman LDII.

Pertama, LDII memiliki pemahaman bahwa semua wajib berbaiat secara langsung kepada “imam” –padahal imam mereka adalah imam gadungan, imam tapi tidak memiliki kelayakan sebagai imam yaitu punya rakyat, tanah dan kedaulatan tersendiri– dan tidak cukup bagi rakyat biasa bila hanya sekedar merasa terikat kewajiban taat dengan penguasa yang ada. Penjelasan beliau di atas menunjukkan bahwa ikatan baiat yang harus dimiliki oleh setiap muslim –sebagaimana dalam hadits di atas– bagi rakyat biasa adalah dengan merasa terikat dengan kewajiban untuk taat kepada penguasa. Rakyat jelata tidak harus berbaiat langsung kepada penguasa supaya memiliki ikatan baiat.

Kedua, LDII memiliki pemahaman bahwa makna dari mati jahiliah adalah mati dalam kondisi kafir alias murtad dari Islam. Padahal maksud hadits sebagaimana penjelasan di atas adalah tidak demikian. Orang-orang jahiliah Quraisy itu tidak memiliki penguasa tunggal yang menjadi raja atau penguasa Mekkah. Sehingga yang memberi jaminan keamanan bagi masing-masing orang bukanlah penguasa namun fanatisme kesukuan dari masing-masing kabilah. Oleh karena itu, semua orang jahiliah itu mati dalam kondisi tidak memiliki pemimpin yang dia yakini wajib untuk ditaati. Dari sisi ini, semua pemberontak atau khawarij yang merasa tidak memiliki ikatan kewajiban untuk taat kepada penguasa sah yang ada itu matinya sebagaimana kematian orang-orang jahiliah. Dengan kata lain, semua orang yang mati dalam kondisi tidak merasa terikat kewajiban untuk taat kepada penguasa sah yang ada adalah mati sebagai khawarij, yang menyimpang dari jalan yang benar dan tidak kafir.

Artikel www.ustadzaris.com

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

1 komentar:

  1. Sangat disayangkan dengan tulisan ini..diawal sudah cukup bagus, tetapi ternyata ujungnya untuk mendiskreditkan orang lain atau kelompok lain...
    3 atau 4 Paragraf terakhir anda seperti terlalu dipaksakan, seolah hanya ingin menyudutkan dan membantah keimaman LDII..

    Bagaimana anda tahu imam LDII adalah imam gadungan? Bisa lebih didefinisikan kenapa menurut anda gadungan? Apakah anda kenal secara pribadi? Apakah beliau pernah menjadi sahabat anda? Apakah beliau pernah salah dengan anda? Atau hanya katanya-katanya orang lain..

    BalasHapus

Item Reviewed: Haruskah Berbai'at? Bai'at Antara yang Sunnah dan yang Bid’ah Description: Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top